Bukan Lagi Karena Tugas
Di sekolah tempat ane ngajar, setiap akhir bulannya mengadakan kajian bulanan. Hanya namanya aja si yang kajian, karena terkadang juga Parenting Class. Nah untuk mengantisipasi hari liburnya para guru terambil banyak, maka disiasati sebulan sekali saja untuk agenda bersama orangtua nya, dan diselang sebulan bertugas, dan bulan depannya libur.
Nah btw bulan kemarin adalah jadwal tugas saya untuk harus mengikuti agenda bulanan bersama para orangtua. Disana seperti biasa, kita double job. Dokumentasi dan qiroatul qur'an kita garap semua. Alhmdulillah amanah itu berhasil dituntaskan.
Tiba saat di bulan depan, ada info di grup komite sekolah, bahwa saya diminta untuk kembali bertugas qiroatul qur'an di acara bulanan bersama orangtua yang berlokasi di saung ibu milik salah satu walimurid kelas 12 yang sudah lulus.
Seketika langsung saya menyanggupi permintaan tersebut. why? Karena memang sudah menjadi atau saya sedang terus berusaha agar selama saya mampu memberikan yang saya miliki dan saya mampu, akan saya berikan. Terlebih kita mengharapkan keberkahan dari hal itu. Tentu keberkahan dari Alloh lah yang saya harapkan. Karena jika berharap pada manusia yang ada hanyala kekecewaan.
Karena kan memang sifat pencipta dan yang diciptakan itu berbeda. Satu contoh adalah, Alloh jika kita minta terus menerus Alloh suka. Tapi kalo manusia, semakin kita banyak meminta atau berharap padanya, tentu mereka akan tidak suka.
Dan keberkahan adalah kebaikan yang lebih dari apa yang kita lakukan. Tentu bukan hanya pahala yang akan didapatkan. Melainkan kebaikan-kebaikan yang lainnya yang saya harapkan yang akan datang pada saya dikemudian hari. Kalo lah memang itu tidak datang di dunia, maka pun kita harus berbahagia, karena kebaikan itu akan Alloh ganti di akhirat kelak.
(kembali ke laptop)
Ternyata setelah beberapa hari berlalu saya baru ngeh, bahwa saya boleh saja tidak bertugas qiroah di hari acara parenting class ahad nanti. Karena kan saya suda bertugas di bulan sebelumnya. Sempet terlintas untuk membatalkan kesanggupan saya. Namun kembali saya instrospeksi diri, langkah apa yang seharusnya saya ambil.
Berfikir sejenak, duduk dengan tenang, tapi didalam otak sedang bertarung argumen, yang akhirnya ku putuskan tetap bertugas di hari ahad nanti. Padahal sehari sebelumnya saya pun sudah mengiktui kegiatan aksi palestina yang sangat menguras tenaga, dibawah panas terik matahari, dengan menggunakan akomodasi pribadi.
jadi weekend saya bersama keluarga di pekan itu seolah tidak ada. Padahal andai kita kembali telaah bersama dan akan saya tuangkan juga sedikit semampu dan secuil ilmu yang saya tau, pada akhirnya pun kita tetap melaksanakan weekend.
Untuk hobi saya di badminton, saya main di malam sabtu. Saya main di malam hari selesai jam 12 malam, meski pagi jam 4 pagi sebelum subuh kita harus berangkat ke stasiun rangkasbitung untuk berangkat aksi palestina di Jakarta.
Bahkan family time di weekend kita kali ini lebih berkwalitas dari biasanya. Karena kita bahagia berangkat dari rumah di pagi hari, menuju saung ibu untuk mendengarkan ilmu tentang bagaimana mendidik anak. Baik itu anak secara biologis ataupun anak didik kita.
Kenapa ada kata bahagia di paragraf sebeleumnya yang saya tulis? Karena kita lah sebagai suami yang harus membuat bahagia itu sendiri. Bahagia tidak ada kaitannya sama sekali dengan uang, piknik dll. Uang memang bisa buat bahagia, tapi bahagia tidak harus selamanya menggunakan uang.
Tersenyum pada anak istri kita, memberikan perhatian saat dia berbicara atau cerita dengan gestur tubuh yang maksimal, itu cukup bahkan lebih dari cukup untuk membuat keluarga kita harmonis.
So, datangnya saya dan bahkan harus bawa anak dan istri ke saung ibu untuk menghadiri acara parenting class, bahkan saya juga harus bertugas qiroah, take video dan bahkan edit video, itu semua saya lakukan karena saya butuh dan saya mampu, DAN BUKAN LAGI KARENA TUGAS.
0 Response to "Bukan Lagi Karena Tugas"
Posting Komentar